Pukul 3 sore kabut mulai turun,dingin mulai menusuk tulang ketika kami datang.Setelah Shalat Ashar, kami melapor pada pos pendakian Cemoro Sewu Magetan Jawa Timur. Sengaja kami memilih jalur Cemoro Sewu sebagai gerbang pendakian dan berencara turun melalui jalur Cemoro Kandang Tawangmangu Jawa Tengah,agar kami tahu kedua jalur pendakian Lawu.
Setelah berdoa bersama pada Allah Sang Penguasa Semesta,pukul 4.16 sore kami mulai pendakian.
Jalur awal merupakan pemanasan belum begitu menantang.Untuk sampai pos I kami harus melewati 2 buah pos bayangan yang saling berdekatan. Pada persinggahan ke-2 ada sebuah sumber air yang bisa ditemui dibelakang pondokan. Jarak dari gerbang menuju Pos I lebih kurang 1jam. Ada yang berubah dari kondisi beberapa tahun silam saat saya mengunjungi jalur ini, tanaman sayur yang sengaja ditanam mungkin ini sebagai pemanfaatan kondisi lahan yang terlihat kosong karena pohon2 yang bertumbangan.
Pos I kami tidak istirahat. Kami telah beristirahat di pos bayangan ke-2 dan mulai membuka perbekalan, sekalian shalat.
Perjalananpun kami lanjut menuju Pos II. Jalur menuju pos II mulai terasa menanjak berbagai bebatuan besar mulai menghiasi jalur ini. Perjalanan ini begitu sempurna bagi saya, pendakian pada malam sabtu ditemani Rembulan yang purnama penuh serta cuaca tidak terlalu dingin, sangat bersahabat. Sambil sesekali bercanda dengan teman seperjalanan. Sampai di Pos II kami tempuh 1,5 jam. Kami hanya singgah sejenak, kami berencana untuk tidur di Pos III.
Pos II kami tinggalkan,target kami berikutnya adalah menuju Pos III. Langkah kamipun mulai tertatih-tatih. Sepertinya beberapa dari kami mulai kerepotan dengan medan yang terus menanjak ini. Rembulan yang sesekali tertutup rerimbunan dedaunan dan bebatuan besar yang seperti menjadi penjaga, menjadi penghibur lelah langkah kami. Sesekali kami bertemu dengan teman-teman sesama pendaki, dari Jakarta, Situbondo serta beberapa pendaki dari seputaran Soloraya.
Di Pos III, kami sampai lebih kurang pukul 11 malam. beberapa dari kami mulai mendirikan tenda dan membuka perbekalan.Saya lebih memilih minum energen dan berbekal sleeping bag saya segera mencari lokasi tidur yang nyaman.Disusul 3 orang sahabat saya,kami memilih tidur beratap langit diterangi purnama.Suasana seperti inilah yang sangat saya rindukan.
Kami berencana melanjutkan perjalanan pukul 1 dinihari.
Alarm dari hape berbunyi pukul 1.30 dinihari,kamipun bergegas berkemas untuk menuju Pos IV, jalur ini benar-benar membuat nafas kami tersengal-sengal. Susunan anak tangga dari bebatuan menyambut kami dengan dingin. Kami harus mengatur dan menghemat tenaga. Berjalan 5 menit dan beristirahat 2 menit kira-kira begitulah yang saya lakukan. Tanjakan demi tanjakan pelan dan pasti terlampaui, barangkali sudut kemiringan jalur ini lebih dari 45 derajat. Beberapa teman Pendaki lain mulai tampak didepan. Batu-batu besar masih setia memagari jalur ini.1,5jam kami habiskan dijalur ini.
Pos IV.
Kami tidak istirahat,sebab sepanjang jalur kami telah mengatur waktu istirahat kami. Pos IV memang tidak terdapat pondokan, hanya sedikit tempat datar. Jalur pendakian tidak jauh berbeda dengan jalur sebelumnya kami langsung bergerak menuju pos berikutnya. Bulan purnama sangat membantu pendakian ini, sehingga kami tidak perlu sering menyalakan senter. Sumur Jolotundo dan Goa Sigolo-golo kami lewati,tempat ini sering kali menjadi kramat bagi sebagian orang,bagi kami Allah tetap yang Utama. Di pemberhentian berikutnya adalah Sendang Derajat. Disini terdapat sumber mata air yang diberi nama Sendang Derajat.
Dan langit timur nampak semburat. Jalur ini kami tempuh lebih kurang 1jam.
Pendakian ini semakin mendekati titik puncak. Saya berjalan lambat sambil menunggu temen seperjalanan yang masih tercecer di bawah. Pukul 4.30 terdengar sayup-sayup kumandang Adzan Subuh. Dan Tugu Puncak Hargo Dumilah mulai terlihat. Selepas shalat subuh dibeberapa meter dibawah puncak, rasa lelah kami sirna oleh suguhan alam ini.Allah Maha Besar.
Bulan yang semalaman menemani kami,mulai beranjak melanjutkan pergerakannya, dan langit timur mulai merona semburat orange pertanda Surya dalam pergerakan menerangi bumi .Keindahan bagi para Penikmat alam,3265 MDPL inilah LAWU...ALLAH BEGITU SEMPURNA.
serenade sebenarnya berarti :musik penghormatan saat petang hari,namun saya menggunakanya sebagai judul untuk terbitnya matahari sebagai ungkapan kekaguman akan Alam Semesta ini.
BalasHapus